I.
PENDAHULUAN
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan
berprospek menjanjikan. Biji kakao dikonsumsi dalam jumlah yang cukup
banyak sebagai bahan pembuatan kue, minuman, obat-obatan dan kosmetik. Berbagai
jenis makanan jadi banyak yang menggunakan bahan baku kakao. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam meningkatkan produktivitas tanaman kakao adalah menjaga kesuburan tanah dengan memberikan
unsur hara (terutama unsur hara mikro dan hormon alami), faktor iklim dan
cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya.
Tanaman kakao
di Indonesia pertama kali dibudidayakan pada 1921 dan berkembang pesat di
daerah-daerah pulau Jawa. Sekarang tanaman cokelat sudah menyebar di seluruh
Indonesia. Perkembangan cokelat sangat pesat, karena semakin meningkatnya
kebutuhan akan tanaman jenis itu, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun
ekspor.
Produktivitas
rata-rata tanaman kakao di Kabupaten
Aceh Besar tahun 2011 adalah 1.100 kg/ha/tahun biji kering. Produktivitas
rata-rata ini masih jauh dari produktivitas potensial yang mungkin dapat
dicapai. Karena itu sangat penting untuk melakukan perbaikan teknik budidaya
agar produktivitas tanaman kakao dapat lebih ditingkatkan.
II.
SYARAT TUMBUH
2.1. Iklim
Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao
ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10 derajat LU sampai dengan 10
derajat LS. Hal tersebut berkaitan dengan distribusi curah hujan dan jumlah
penyinaran matahari sepanjang tahun. Areal penanaman cokelat yang
ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100-3.000 mm/tahun.
Suhu udara ideal bagi pertumbuhan
cokelat adalah 18-32oC. Berdasarkan keadaan iklim
di Indonesia, suhu udara 25 – 26o C merupakan suhu udara
rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu, daerah-daerah tersebut
sangat cocok jika ditanami kakao.
Cahaya matahari yang terlalu banyak
menyoroti tanaman cokelat akan menyebabkan lilit batang kecil, daun sempit dan
tanaman relatif pendek.
2.2. Media Tanam
Pertumbuhan bibit
tanaman kakao terbaik diperoleh pada tanah yang didominasi oleh
mineral liat smektit dan berturut-turut diikuti oleh
tanah yang mengandung khlorit, kaolinit dan haloisit. Tanaman kakao
dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki keasaman (pH) 6-7,5, tidak
lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4.
Kedalam air tanah
disyaratkan minimal 3 meter. Pembuatan teras pada lahan yang
kemiringannya 8% dan 25% masing-masing dengan lebar minimal 1 m dan 1,5 m.
Sedangkan lahan yang kemiringannya lebih dari 40% sebaiknya tidak ditanami
cokelat. Daerah yang cocok untuk penanaman cokelat adalah lahan yang
berada pada ketinggian 200-700 m dpl.
III. TEKNIK
BUDIDAYA
3.1. Pembibitan.
Perbanyakan tanaman kakao lebih sering
dilakukan dengan cara generatif karena bibit dihasilkan dalam waktu yang cepat
dan jumlah yang banyak.
Syarat benih yang baik berasal
dari buah berbentuk normal, sehat dan masak di pohon. Buah tersebut berwarna
kuning, jika diguncang timbul suara dan jika diketuk dengan tangan timbul gema.
Bibit yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain:
-
Pertumbuhan
bibit normal, yaitu tidak kerdil dan tidak terlalu jagur.
-
Bebas hama dan
penyakit serta kerusakan lainnya.
-
Berumur
4–6 bulan.
a. Penyiapan
Benih
Buah dipotong membujur, lalu benih yang
berada di bagian tengah diambil sebanyak 20-25. Bersihkan lendir buah dengan
meremas-remasnya dalam serbuk gergaji lalu dicuci dengan air dan direndam
dengan fungisida. Benih dijemur di bawah sinar matahari. Benih yang baik
memiliki daya kecambah sedikitnya 80%.
b.
Teknik Penyemaian Benih
Lokasi bedengan persemaian dibersihkan
dari pohon dan rumput serta batu dan kerikil. Ukuran bedengan 1,2 x 1,5 m
panjang 10-15 m dan tinggi 10 cm arah utara-selatan.
Tanah bedengan dicangkul 30 cm, setelah
dirapikan diberi lapisan pasir 5-10 cm dan tepi bedengan diberi dinding penahan
dari kayu/batu bata. Bedengan diberi naungan dari anyaman daun alang-alang,
kelapa/tebu dengan tinggi atap di sisi timur 1,5 m dan di sisi Barat 1,2
m. Sebelum disemai benih dicelup ke dalam formalin 2,5% selama 10
menit.
Benih dibenamkan (mata benih diletakkan
di bagian bawah) ke dalam lapisan pasir sedalam 1/3 bagian dengan jarak tanam
2,5 x 5 cm. Segera setelah penyemaian, benih disiram. Penyiraman
selanjutnya dilakukan dua kali sehari dan disemprot insektisida jika perlu.
Keping biji terbuka tidak serentak sehingga perlu dibantu dengan tangan.
Setelah 4-5 hari di persemaian benih sudah berkecambah dan siap
dipindahtanamkan ke polybag.
c.
Pemeliharaan pembibitan
Media pembibitan berupa campuran tanah
subur, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 2:1:1, kemudian media
ini diayak dan dimasukkan ke dalam polybag 20 x 30 cm sampai 1-2 cm
di bawah tepi polybag.
Kecambah yang memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke dalam pembibitan berkecambah pada hari ke 4-5 dan akarnya lurus.
Satu kecambah kakao dimasukkan ke dalam lubang sedalam telunjuk, lalu lubang
ditutup dengan media. Polybag berisi kecambah disimpan di lokasi
pembibitan dengan jarak 60 cm dalam pola segitiga sama sisi. Supaya tidak
bergerak, polibag diletakkan di dalam alur sedalam 5 cm atau ditimbun dengan
tanah secukupnya. Pembibitan dinaungi oleh pohon pelindung atau dibuat atap
dari anyaman bambu Pembibitan disiram dua kali sehari kecuali jika hujan. Air
siraman tidak boleh menggenangi permukaan
media. Bibit dipupuk setiap 14 hari sampai berumur 3
bulan dengan ZA (2 gram/bibit) atau urea (1 gram/bibit) atau NPK (2
gram/bibit).
Pupuk diberikan pada jarak 5 cm
melingkarai batang kecuali untuk urea yang diberikan dalam bentuk larutan.
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan
fungisida setiap 8 hari.
d. Pemindahan
Bibit.
Setelah
berumur 3 bulan, bibit dalam polybag dipindahkan ke lapangan dan naungan
dikurangi secara bertahap. Bibit yang baik untuk ditanam di lapangan
berumur 4-5 bulan, tinggi 50-60 cm, berdaun 20-45 helai dengan sedikitnya 4
helai daun tua, diameter batang 8 mm dan sehat. Dengan jarak tanam 3 x 3 m,
kebutuhan bibit untuk satu hektar adalah 1250 batang termasuk untuk
penyulaman.
3.2. Pengolahan
Media Tanam
a.
Persiapan
Lahan perkebunan coklat/kakao dapat
berasal dari hutan asli, hutan sekunder, tegalan, bekas tanaman perkebunan atau
pekarangan. Lahan yang miring harus dibuat teras-teras agar tidak terjadi erosi.
Areal dengan kemiringan 25-60% harus dibuat teras individu.
b. Pembukaan
Lahan
Cara penyiapan lahan dapat dengan cara
pemberihan selektif dan pembersihan total. Alang-alang di tanah tegalan harus
dibersihkan/dimusnahkan supaya tanaman kakao dan pohon naungan dapat tumbuh
baik. Untuk memperlancar pembuangan air, saluran drainase yang secara alami
telah ada harus dipertahankan dan berfungsi sebagai saluran primer. Saluran
sekunder dan tersier dibangun sesuai dengan keadaan lapangan.
c.
Pengapuran
Tanah-tanah dengan pH di bawah 5 perlu
diberi kapur berupa batu kapur sebanyak 2 ton/ha atau kapur tembok sebanyak
1.500 kg/ha.
d.
Pemupukan
Pemupukan sebelum bibit ditanam dapat
dilakukan guna untuk merangsang pertumbuhan bibit cokelat. Lubang-lubang
tersebut perlu diberi pupuk dengan pupuk Agrophos sebanyak 300 gram/lubang atau
pupuk urea sebanyak 200 gram/lubang, pupuk TSP sebanyak 100 gram/lubang.
Pupuk-pupuk tersebut diberikan 2 (dua) minggu sebelum penanaman bibit cokelat,
kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah atas yang dicampur dengan
pupuk kandang/kompos.
3.3. Teknik Penanaman
a.
Penentuan Pola Tanaman
Tanaman kakao mutlak memerlukan pohon
pelindung yang ditanam sebagai tanaman lorong diantara tanaman-tanaman kakao.
Terdapat dua macam pohon pelindung yaitu:a) Pohon pelindung
sementara. Pohon ini diperlukan untuk melindungi tanaman kakao muda (belum
berproduksi) dari tiupan angin dan sinar matahari. Jenis pohon yang dapat
ditanam adalah pisang (Musa paradisiaca), turi (Sesbania sp.), Flemingiacongesta atau Clotaralia sp.
Pohon pelindung tetapPohon ini harus
dipertahankan sepanjang hidup tanaman kakao dan berfungsi sebagai melindungi
tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan sinar matahari dan menghambat
kecepatan angin. Jenis pohon yang cocok adalah Lamtoro (Leucena sp.),
Sengon Jawa (Albizia stipula), Dadap (Erythrina sp.)
dan Kelapa (Cocos nucifera). Pohon pelindung tetap ditanam dengan jarak
tanam 6 x 3 m. Jarak tanam yang diajurkan adalah 3 X 3 m2 dengan
kerapatan pohon 1.100 batang pohon/hektar. Jarak ini sangat ideal karena
nantinya pohon akan membentuk tajuk yang seimbang sehingga tanaman tidak akan
mudah tumbang.
b.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat 2-3 bulan sebelum
tanam dengan ukuran:a) 40 x 40 x 40 cm untuk tanah bertekstur
sedangb) 60 x 60 x 60 cm atau 80 x 80 x 80 cm untuk tanah
bertekstur beratc) 30 x 30 x 30 cm untuk tanah bertekstur
ringan Lubang dipupuk dengan Agrophos 300 gram/lubang atau campuran urea
200 gram/lubang dan Sp-36 100 gram/lubang. Tutup kembali lubang tanam.
c.
Cara Penanaman
-
Polybag
disayat pada bagian sisi dan bawah, keluarkan bibit dan media dalam keadaan
utuh.
-
Lubangi lubang
tanam yang telah ditutup lagi tersebut selebar diameter polybag. Letakkan bibit
sehingga permukaan media sejajar dengan tanah.
-
Masukkan
kembali tanah galian dan padatkan tanah di sekeliling bibit.
-
Topang
batang bibit dengan dua potong kayu/bambu.
-
Untuk
mencegah gangguan hewan, tanaman kakao harus diberi pagar pengaman dari bambu.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
a.
Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dapat dilakukan sampai
tanaman berumur 10 tahun.
b.
Penyiangan
Pengendalian gulma dilakukan dengan
membabat tanaman pengganggu sekitar 50 cm dari pangkal batang atau dengan
herbisida sebanyak 1,5-2,0 liter/ha yang dicampur dengan 500-600 liter air.
Penyiangan yang paling aman adalah dengan cara mencabut tanaman pengganggu.
Tujuan penyiangan/pengendalian gulma
adalah untuk mencegah persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara, untuk
mencegahhama dan penyakit serta gulma yang merambat pada tanaman
cokelat/kakao. Dalam pemberantasan gulma harus dikaukan rutin minimal satu
bulan sekali, yaitu dengan menggunakan cangkul, koret/dicabut dengan
tangan.
c.
Pemangkasan
Tujuan pemangkasan adalah untuk
menjaga/pencegahan serangan hama atau penyakit, membentuk pohon,
memelihara tanaman dan untuk memacu produksi.
-
Pemangkasan
bentuk
Fase
muda.
Dilakukan pada saat
tanaman berumur 8-12 bulan dengan membuang cabang yang lemah dan mempertahankan
3-4 cabang yang letaknya merata ke segala arah untuk membentuk jorquette
(percabangan).
Fase
remaja.
Dilakukan pada saat
tanaman berumur 18-24 bulan dengan membuang cabang primer sejauh 30-60 cm dari
percabangan.
- Pemangkasan
pemeliharaan.Membuang tunas yang tidak diinginkan, cabang kering, cabang
melintang dan ranting yang menyebabkan tanaman terlalu rimbun.
- Pemangkasan
produksi. Bertujuan untuk mendorong tanaman agar memiliki kemampuan
berproduksi secara maksimal. Pemangkasan ini dilakukan untuk mengurangi
kelebatan daun.
d.
Pemupukan
Dosis pemupukan tanaman yang belum
berproduksi (gram/tanaman):
-
Umur
2 bulan:
ZA=50
gram/pohon.
-
Umur
6 bulan:
ZA=75
gram/pohon; TSP=50 gram/pohon; KCl=30 gram/pohon; Kleserit=25 gram/pohon
-
Umur
12 bulan:
ZA=100
gram/pohon
-
Umur
18 bulan:
ZA=150
gram/pohon; TSP=100 gram/pohon; KCl=70 gram/pohon; Kleserit=50 gram/pohon
-
Umur
24 bulan:
ZA=200
gram/pohon Dosis pemupukan tanaman berproduksi (gram/tanaman):
-
Umur
3 tahun:
ZA
= 2 x 100 gram/pohon, Urea = 2 x 50 gram/pohon, TSP = 2 x 50 gram/pohon, KCl =
2 x 50 gram/pohon.
-
Umur
4 tahun:
ZA
= 2 x 100 gram/pohon, Urea = 2 x 100 gram/pohon, TSP = 2 x 100 gram/pohon, KCl
= 2 x 100 gram/pohon.
-
Umur 5
tahun:
-
ZA
= 2 x 250 gram/pohon, Urea = 2 x 125 gram/pohon, TSP= 2 x 125 gram/pohon, KCl =
2 x 125 gram/pohon.
Pemupukan
dilakukan dengan membuat alur sedalam 10 cm di sekeliling batang kakao dengan
diameter kira-kira ½ tajuk. Waktu pemupukan di awal musim hujan dan akhir musim
hujan.
e. Penyiraman
Penyiraman tanaman cokelat yang tumbuh
dengan kondisi tanah yang baik dan berpohon pelindung, tidak perlu banyak
memerlukan air. Air yang berlebihan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat
lembab. Penyiraman pohon cokelat dilakukan pada tanaman muda terutama tanaman
yang tak diberi pohon pelindung.
f.
Penyemprotan
Pestisida
Penyemprotan
pestisida dilakukan dengan dua tahapan, pertama bersifat untuk
pencegahan sebelum diketahui ada hama yang benar-benar menyerang.
Kadar dan jenis pestisida disesuaikan.
Penyemprotan tahapan kedua adalah
usaha pemberantasan hama, selain jenis juga kadarnya ditingkatkan.
Misal untuk pemberantasan digunakan insektisida berbahan aktif seperti
Dekametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Sipermetrin (Cymbush 5
EC), Metomil Nudrin 24 WSC/Lannate 20 L) dan Fenitron (Karbation 50
EC).
g. Penyerbukan
Buatan
Dari bunga yang muncul hanya 5% yang
akan menjadi buah, peningkatan persentase pembuahan dapat dilakukan
dengan penyerbukan buatan. Bagian bunga yang mekar digosok
denga bunga jantan yang telah dipetik sebelumnya, kemudian bunga
ditutup dengan sungkup. Penggosokan dilakukan dengan jari tangan.
h. Rehabilitasi
Tanaman Dewasa
Tanaman dewasa yang produktivitasnya
mulai menurun tidak diremajakan (ditebang untuk diganti tanaman baru), tetapi
direhabilitasi dengan cara okulasi tanaman dewasa dan sambung samping tanaman
dewasa. Cara yang kedua lebih unggul karena peremajaan dapat dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat, murah dan lebih cepat berproduksi. Entres
(bahan sambungan) diambil dari kebun entres atau produksi yang telah diseleksi,
berupa cabang berwarna hijau, hijau kekakaoan atau kakao, diameter 0,75-1,50 cm
dan panjang 40-50 cm. Sambungan dapat dibuka setelah 3-4 minggu.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a) Penggerek
cabang (Zeuzera coffeae).
Bagian yang diserang adalah cabang
berdiameter 3-5 cm.
Gejala: cabang mati atau
mudah patah.
Pengendalian: membuang cabang
yang terserang, kemudian dengan predator alami: jamurBeauveria bassiana.
b) Kepik penghisap
buah kakao (Helopeltis sp.)
Bagian yang diserang buah dan daun
muda, kuncup bunga.
Gejala: bercak kakao
kehitaman berbentuk cekung berukuran 3-4 mm.
Pengendalian: membuang bagian
yang terserang. Predator: belalang sembah, kepik predator. Selain itu gunakan
insektisida Baytroid 50EC, Lannate 25 WP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC,
Orthene 75 SP.
c) Penggerek
buah kakao (Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.)
Bagian yang diserang adalah buah
kakao.
Gejala: daging buah
busuk.
Pengendalian: membuang dan
mengubur buah sisa panen dengan serempak, menutupi buah dengan kantung plastik
dengan lubang di bagian bawah.
d) Kutu putih (Planococcus
citri.)
Bagian yang diserang adalah tunas,
bunga, calon buah.
Gejala: timbul tunas tumbuh
tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan bunga dan calon buah
tidak normal.
Pengendalian: gunakan
insektisida berbahan aktif monokrotofas, fosfamidon, karbaril.
e) Ulat kantong (Clania sp.,
Mahasena sp.)
Bagian yang diserang adalah daun dan
tunas.
Gejala: tanaman gundul dan
kematian pucuk.
Pengendalian: dengan parasitExoresta
uadrimaculata, Tricholyga psychidarum . Selain itu gunakan
insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide.
f) Kutu jengkal (Hyposidra
talaca.)
Bagian yang diserang adalah daun (muda
dan tua).
Gejala: habisnya helaian
daun, tinggal tulang daun saja.
Pengendalian: gunakan insektisida
Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC (0,15-0,2%).
3.5.2. Penyakit
a) Busuk buah hitam.
Penyebab: Phytopthora
palmivora . Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala: bercak kakao di
titik pertemuan tangkai buah dan buah atau ujung buah. Gejala pada serangan
berat adalah buah diliputi miselium abu-abu keputihan.
Pengendalian: dengan cara buah
yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun dengan
cara pemangkasan. Selain itu gunakan insektisida dengan bahan aktif
Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3% atau insektisida bahan aktif Mankozeb:
Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu.
b) Kanker batang
Penyebab: Phytopthora
pal-mivora. Bagian yang diserang adalah batang.
Gejala: bercak basah
berwarna tua pada kulit batang atau cabang, keluarnya cairan dari batang atau
cabang yang akan mengering dan mengeras.
Pengendalian: buah yang sakit
diambil, kurangi kelembaban kebun dengan cara pemangkasan. Selain
itu gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3%.
atau ungisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3% dengan
interval 2 minggu. Keroklah bagian yang sakit dan mengolesinya dengan
ter/fungisida.
c) Busuk buah diplodia
Penyebab: Botrydiplodia
theobramae (jamur). Bagian yang diserang buah.
Gejala: bercak kekakaoan
pada buah, lalu buah menghitam menyeluruh.
Pengendalian: cegah timbulnya
luka, buah yang sakit dibuang. Kemudian gunakan fungisida dengan bahan aktif
Cu: Vitigran Blue, Trimiltox Forte, Cupravit OB pada konsentrasi 0,3%.
d) Vascular Steak
Dieback (VSD)
Penyebab: Oncobasidium
theobromae (jamur). Bagian yang diserang adalah daun,
ranting/cabang.
Gejala: bintik-bintik kecil
hijau pada daun terinfeksi dan terbentuk tiga bintik kekakaoan, kulit
ranting/cabang kasar, pucuk mati (dieback).
Pengendalian: gunakan bibit bebas
VSD, perhatikan anitasi tanaman, kurangi kelembaban, tingkatkan intensitas
cahaya matahari dan perbaiki drainase dan pemupukan.
e) Bercak daun, mati
ranting dan busuk buah
Penyebab: Colletorichum sp.
(jamur). Bagian yang diserang adalah daun, ranting, buah.
Gejala: bercak nekrotik
pada daun, daun gugur, pucuk mati, buah muda keriput kering (busuk kering).
Pengendalian: peningkatan
sanitasi, memotong ranting dan buah yang terserang, pemupukan berimbang dan
perbaikan drainase. Kemudian gunakan fungisida sistemik Karbendazim
0,5% dengan interval 10 hari.
f) Busuk buah
monilia
Penyebab: Monilia
roreri (jamur). Bagian yang diserang buah muda.
Gejala: benjolan dan warna
belang pada buah berukuran 8-10 cm, penumpukan lendir di dalam rongga buah,
dinding buah mengeras.
Pengendalian: menurunkan
kelembaban udara dan tanah, membuang buah rusak. Kemudian gunakan fungisida
dengan bahan aktif Cu: Cobox 0,3%, Cupravit 0,3 % selama 3-4 minggu.
g) Penyakit akar
Penyebab: Rosellinia
arcuata R bumnodes, Rigidoporus liginosus, Ganoderma pseudoerrum, Fomes
lamaoensis (jamur). Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: daun menguning dan
layu, pada leher akar/pangkal batang terdapat miselium.
Pengendalian: pembuatan parit isolasi
di sekitar tanaman terserang, pemusnahan tanaman sakit. Kemudian oleskan
fungisida pada permukaan akar yang lapisan miseliumnya telah dibuang. Fungisida
dengan bahan aktif PNCB: Fomac 2, Ingro Pasta, Shell Collar Protectant, Calixin
Cp.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri
dan Umur Panen
Buah cokelat/kakao bisa dipenen apabila
perubahan warna kulit dan setelah fase pembuahan sampai menjadi buah
dan matang pada usia 5 bulan.
Ciri-ciri buah akan dipanen adalah
warna kuning pada alur buah; warna kuning pada alur buah dan punggung alur
buah; warna kuning pada seluruh permukaan buah dan warna kuning tua pada
seluruh permukaan buah.
Kakao masak pohon dicirikan dengan
perubahan warna buah:
a) Warna
buah sebelum masak hijau, setelah masak alur buah menjadi kuning.
b) Warna
buah sebelum masak merah tua, warna buah setelah masak merah muda, jingga,
kuning. Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan (di dataran rendah) atau 6
bulan (di dataran tinggi) setelah penyerbukan. Pemetikan buah dilakukan pada
buah yang tepat masak. Kadar gula buah kurang masak rendah sehingga hasil
fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang terlalu masak, biji
seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma berkurang.
3.6.2. Cara
Panen
Untuk memanen cokelat digunakan pisau
tajam. Bila letak buah tinggi, pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya,
jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah.
Pemetikan cokelat hendaknya dilakukan
hanya dengan memotong tangkai buah tepat dibatang/cabang yang ditumbuhi buah.
Hal tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada periode
berikutnya. Pemetikan berada di bawah pengawasan mandor.
Setiap mandor mengawasi 20 orang per
hari. Seorang pemetik dapat memetik buah kakao sebanyak 1.500 buah
per hari. Buah matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan
sistem 6/7 artinya buah di areal tersebut dipetik enam hari dalam 7 hari. Jika
kepadatan buah matang rendah, dipanen dengan sistem 7/14.
3.6.3. Periode
Panen
Panen dilakukan 7-14 hari sekali.
Selama panen jangan melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah karena bunga
tidak dapat tumbuh labi di tempat tersebut pada periode berbunga
selanjutnya.
3.6.4. Prakiraan
Produksi
Tanaman kakao mencapai produksi
maksimal pada umur 5-13 tahun. Produksi per hektar dalam satu tahun adalah
1.000 kg biji kakao kering.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Buah yang telah dipanen biasanya
dikumpulkan pada tempat tertentu dan dikelompokkan menurut kelas kematangan.
Pemecahan kulit dilaksanakan dengan menggunakan kayu bulat yang keras.
3.7.2. Penyortiran/pengelompokkan
Biji kakao kering dibersihkan
dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya:a) Mutu A:
dalam 100 gram biji terdapat 90-100 butir bijib) Mutu B: dalam
100 gram biji terdapat 100-110 butir bijic) Mutu C: dalam 100
gram biji terdapat 110-120 butir biji.
3.7.3. Penyimpanan
Biji kakao basah diperam (difermentasi)
selama 6 hari di dalam kotak kayu tebal yang dilapisi aluminium dan bagian
bawahnya diberi lubang-lubang kecil dengan cara sebagai berikut:a) Tumpukkan
biji di dalam kotak dengan tinggi tumpukan tidak lebih dari
75.b) Tutup dengan karung goni atau daun
pisang.c) Aduk-aduk biji secara periodik (1 x 24 jam) agar
suhu naik sampai 50 derajat C.
3.7.4. Pengemasan
dan Pengangkutan
Biji-biji cokelat yang sudah kering
dapat dimasukan dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kilogram biji cokelat
kering. kemudian karung-karung yang berisi biji cokelat kering tersebut
disimpan dalam gudang yang bersih, kering dan berfentilasi yang baik. Sebaiknya
biji cokelat tersebut sudah segera bisa dijual dan diangkut dengan menggunakan
truk dan sebagainya. Penyimpanan di gudang, sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan,
dan setiap tiga bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya jamur
atau hama yang menyerang biji cokelat.
3.7.5. Penanganan
Lain
Setelah diperam, biji dicuci agar
mengkilap (biji kakao jenis Bulk tidak dicuci) setelah itu dikeringkan sampai
kadar airnya 6-7%. Pengeringan bisa dengan sinar matahari atau alat
pengering.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar