I. PENDAHULUAN
Cabe merupakan tanaman perdu jenis terung-terungan dengan nama ilmiah
Capsicum sp. Kurang lebih ada 20 spesies
cabe, akan tetapi cabe yang sering kita kenal dan banyak dikonsumsi terdiri
dari 4 spesies yaitu cabe keriting, cabe besar, cabe rawit dan paprika.
Kandungan nutrisi cabe terdiri dari kalori, protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, vitamin A dan vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah
tangga, cabe juga digunakan untuk keperluan industry diantaranya industry bumbu
masakan, industry makanan dan industry obat-obatan atau jamu.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan cabe baik unntuk rumah tangga maupun industri dan sejalan dengan
pertumbuhan penduduk dan pengembangan industri olahan maka pengembangan usaha
agribisnis cabe sangat terbuka luas.
Usaha meningkatkan produksi cabe yang sekaligus meningkatan
pendapatan petani dapat dilakukan sejak budidaya sampai penanganan pasca panen
yang baik dan benar.
II.
SYARAT TUMBUH
Cabe dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
ketinggian 50 – 2000 m dpl. Cabe dapat beradaptasi pada suhu 24 – 27 oC dengan
kelembaban tidak terlalu tinggi.
Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur,
subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal
adalah datar dengan kemiringan 0 – 10 derajat serta menginginkan penyinaran
matahari penuh dan tidak ternanungi.
pH tanah yang optimal adalah 5,5 – 7. Tanaman cabe menghendaki pengairan
yang cukup akan tetapi bila air berlebihan akan merangsang tumbuhnya jamur dan
bakteri. Bila kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat
menggunakan airigasi, air tanah dan air hujan.
III. TEKNIK BUDIDAYA
1.
Penyemaian benih
Penyemaian benih dilakukan dengan tujuan untuk memilih tanaman cabe yang
sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanaman di lapangan.
a.
Penyiapan Media.
Media yang digunakan adalah berstruktur remah mudah menahan air dan cukup
nutrisi. Bahan yang digunakan adalah campuran tanah, kompos dan pasir dengan
perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambah nutrisi campurkan NPK yang telah
dihaluskan sebanyak 80 gram untuk 3 ember. Bahan dicampur dan dimasukkan
kedalam kantong plastic dengan ukuran 8 x 9 cm sampai 90 % penuh. Buat lubang pembuangan di bagian bawah plastik agar
air pada plastik yang telah terisi media
dapat terbuang.
b.
Pembuatan Bedengan
Kantung plastik disimpan di bedengan dengan tinggi 20 – 50 cm, lebar 80 – 100 cm dengan panjang
menyesuaikan dengan jumlah benih yang akan disemai. Arah bedengan diatur
membujur utara selatan. Bagian timur setinggi 100 cm dan bagian barat 80 cm dan
atap dapat dibuat dengan model setengah lingkaran.
c.
Pemeraman Benih.
Tujuan perendaman adalah untuk
mengecambahkan benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk
atau merang. Media disemprot dengan fungisida dengan dosis 3 gram/liter air.
Benih ditaburkan merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk. Benih
yang digunakan sebaiknya benih cabe
hibrida yang telah diberikan perlakuan pestisida. Media digulung atau dulipat
dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga kelembaban, media disemprot dengan
hand spray setiap pagi dan sore. Setelah 4 – 7 hari benih akan mengeluarkan
calon akar (radikula).
d.
Penyemaian.
Dengan bantuan penjepit, benih yang
telah mengeluarkan calon akar ditanam pada media semai yang disiram terlebih
dahulu. Setiap pagid dan sore pesemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan
cendawan air semprotan dicampur dengan pestisida dengan konsentrasi 0,5
gram/liter air
2.
Pengolahan Tanah
Lahan dibajak dan digaru dengan menggunakan hewan ternak atau traktor.
Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerase
tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di dalam tanah. Buat bedengan dengan lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian 50 – 60 cm,
lebar parit 50 – 60 cm serta panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengukuran pH tanah sangat penting dilakukan untuk mengetahui tingkat
keaaman tanah. Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter atau kertas lakmus.
Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan dengan menggunakan dolomite
atau kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton /ha (200 – 400 gram/m2) tergantung pH
tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada
saat pembuatan bedengan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar.
3.
Pemberian Pupuk Dasar
Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang atau kompos dan NPK. Pupuk
kandang yang diperlukan adalah 10 – 20 ton/ha dan pupuk NPK 2 ton / ha (2 kg/10 meter bedengan).
4.
Pemasangan Mulsa.
Manfaat mulsa adalah
untuk menekan pertumbuhan gulma,
hama/penyakit, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan
struktur suhu dan kelembaban tanah serta mencegah pencucian pupuk.
Mulsa yang digunakan adalah Mulsa
Plastik Hitam Perak (MPHP).Pemasangan
MPHP dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan
permukaan perak di bagian atas, setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan
pasak. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan
dengan baik sebaika dilakukan pada siang hari atai pada saat cuaca panas.
5.
Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 50 x 60 cm atau 60 x 70 cm dengan pola
penanaman model segitiga atau zigzag. Pembuatan lubang tanam sedalam 8 – 10 cm
dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa. Pembuatan lubang pada
mulsa dapat dilakukan dengan menggunakan kaleng yang dipanaskan dengan diameter
8 -10 cm. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal.
Bibit cabe di pesemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki
3 – 4 daun, siap untuk dipindahkan pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida
dan insektisida 3 hari menjelang bibit dipindahkan. Platik dirobek dan
diusahakan agar media tidak pecah. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari
atau cuaca tidak terlalu panas. Lakukan pemasangan lanjaran/ajir dipasang
disamping lubang tanam. Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah agar tanaman
tidak rebah.
6.
Pemeliharaan.
a.
Penyulaman
Setelah
tanaman berumur 7 – 14 hari, tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau
mati perlu dilakukan penulaman dengan bibit yang masih ada dipesemaian.
b.
Pengendalian Gulma
Bila
terdapat rumput yang tumbuh disekitar tanaman dan pada parit, perlu dilakukan
penyiangan dengan tangan atau dengan menggunakan sabit untuk. Pengendalian gulma pada parit juga dapat
dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penyemprotan pestisida pada parit,
nozel pada hand sprayer dilengkapi dengan corong agar herbisida tidak mengenai
tanaman cabe.
c.
Pengwiwilan
Pengwiwilan
adalah pembuangan tunas yang tumbuh pada ketiak daun atau pada cabang utama.
Pengwiwilan dimaksudkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetative tanaman.
d.
Pengikatan
Pengikatan
dilakukan ketika tanaman berumur 10 – 15 hari setelah tanam dengan cara
mengikat tanaman pada ajir dengan menggunakan tali plastik. Pengikatan juga
dilakukan pada tanaman berumur 30 - 40 hari dan pada saat tanaman berbuah yaitu
50 – 60 hari.
e.
Pengecoran.
Untuk
memacu pertumbuhan dianjurkan untuk melakukan pengecoran pada tanaman berumur 7
- 60 hari setelah tanam dengan
menggunakan NPK dengan konsentrasi 7 gram/liter sebanyak 250 cc/tanaman dengan
interval 7 hari. Konsentrasi pupuk dinaikkan 2 gram/liter setiap kali
pengecoran.
f.
Pemupukan Susulan
Pemupukan
susulan dilakukan 3 kali. Pemupukan susulan pertama dilakukan pada tanaman berumur 30 hari dengan menggunakan NPK 150 kg
/ ha dan urea 40 kg / ha. Pemupukan susulan kedua pada tanaman berumur 40 hari
dengan menggunakan NPK 300 kg /ha dan
pemupukan susulan ketiga dilakukan pada tanaman berumur 50 hari setelah tanam
dengan menggunakan NPK 350 kg / ha. Pemupukan dilakukan dengan cara menugal
disamping tanaman dengan jarak 15 cm dari tanaman.
g.
Pemberian Pupuk Daun
Pada umur 7
– 30 hari setelah tanam dilakukan penyemptotan dengan pupuk daun dengan
konsentrasi 2 – 5 gram / liter air dengan interval 7 – 15 hari.
h.
Pengairan
Pemberian
air dilakukan setiap 7 – 15 hari atau tergantung pada kondisi lahan dengan cara
penggenangan. Usahakan agar air pengairan tidak mencuci lahan yang diairi agar
pupuk tidak ikut tercuci.
7.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang
sering menyerang tanaman cabe adalah ulat tanah , kutu kebul, trip, ulat gerayak,
lalat buah, aphids hijau/kutu daun, tungau(mite), nematode puru akar
a.
Ulat
Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat tanah
menyerang dengan cara memotong batang tanaman hingga roboh. Bila penyerangan
sudah melebihi ambang ekonomi, pemberantasan dapat dilakukan dengan menggunakan
insektisida dengan konsentrasi sesuai dengan anjuran untuk masing-masing
produk.
b.
Ulat
gerayak (Spodoptera litura)
Ulat
gerayak menyerang daun, buah dan tanaman yang masih kecil. Bila penyerangan
sudah melebihi ambang ekonomi, pemberantasan dapat dilakukan dengan menggunakan
insektisida dengan konsentrasi sesuai dengan anjuran untuk masing-masing
produk.
c.
Lalat
Buah (Dacus verugenius)
Gejala
awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan bila buah cabe
dibelah akan terdapat larva. Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkap atau dengan menggunakan insektisida.
d.
Tungau
(Hemitarsonemus latus)
Menyerang
tanaman cabe hingga daun berwarna kemerahan, menebal akhirnya rontok.
Pencegahan dengan menggunakan akarisida.
e.
Trips
Tanaman
akan mengering dan rontok. Bila menyerang daun, pada daun akan terdapat bercak
kemerahan, mongering dan rontok. Pemberantasan
dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida nabati atau kimiawi.
f.
Nematoda
Nematoda
merupakan mikroorganisme yang menyerang akar tanaman. Akibat penyerangan
nematode maka transportasi makanan dan air akan terganggu dan tanaman mongering.
Pencegahan yang paling efektif adalah dengan menanam bibit cabe yang tahan
terhadap nematoda dan melakukan
pergiliran tanaman. Bila lahan merupakan derah endemic, pemberian nematisida
dapat dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar.
Penyakit
yang banyak menyerang tanaman cabe adalah rebah semai (dumping off), layu fusarium, layu bakteri, antraknose (patek),
busuk phytophthora, bercak daun cercospora, penyakit virus (CMV)
a.
Penyakit
Antraknose
Gejala awal
memperlihatkan kulit buah yang mengkilat, selanjutnya akan menimbulkan bercak
hitam yang akhirnya meluas kemudian membusuk. Pengendaliannya dengan
menggunakan Kocide 77 WP, Promaneb 80 WP
b.
Penyakit
Busuk Phytiphthora.
Bagian
tanaman yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan lama kelamaan
membusuk. Menyerang tanaman bagian batang, daun maupun buah. Pengendaliannya
dengan pestisida Kocide 77 WP, Starmyl 25 WP, Victory 80 WP.
IV. PENUTUP
Dalam budidaya tanaman cabe sebaiknya menggunakan teknik budidaya organik. Teknik ini dilaksanakan dengan
mengutamakan bahan-bahan alami, baik pupuk maupun pestisida. Pupuk yang
digunakan berupa pupuk alam yaitu pupuk kandang, kompok atau pupuk hijau.
Pestisida yang digunakan adalah pestisida nabati yaitu pestisida yang berasal
dari tanaman yang dapat digunakan untuk bahan pestisida seperti daun turi, buah
terong, buah kentang, daun saliara, akar tuba, daun gamal dan sebagainya.
Pestisida nabati dapat dibuat dalam bentuk pasta kering maupun pasta basah yang
diaduk dengan air bersih.
Dengan teknik pembudidayaan tanaman cabe secara organik akan diperoleh
hasil dengan kualitas yang lebih baik dan hasil produk yang dapat bertahan
lebih lama dibandingkan dengan produk yang dihasilkan dengan menggunakan teknik
budidaya konvensional/kimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar