Sabtu, 28 Juli 2012

Budidaya Tanaman Cabai


I.     PENDAHULUAN

Cabe merupakan tanaman perdu jenis terung-terungan dengan nama ilmiah Capsicum sp. Kurang  lebih ada 20 spesies cabe, akan tetapi cabe yang sering kita kenal dan banyak dikonsumsi terdiri dari 4 spesies yaitu cabe keriting, cabe besar, cabe rawit dan paprika.
Kandungan nutrisi cabe terdiri dari kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A dan vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga digunakan untuk keperluan industry diantaranya industry bumbu masakan, industry makanan dan industry obat-obatan atau jamu.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan cabe baik unntuk rumah  tangga maupun industri dan sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan industri olahan maka pengembangan usaha agribisnis cabe sangat terbuka luas.
Usaha meningkatkan produksi cabe yang sekaligus meningkatan pendapatan petani dapat dilakukan sejak budidaya sampai penanganan pasca panen yang baik dan benar.

II.    SYARAT TUMBUH

Cabe dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 50 – 2000 m dpl. Cabe dapat beradaptasi pada suhu 24 – 27 oC dengan kelembaban tidak terlalu tinggi.
Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan kemiringan 0 – 10 derajat serta menginginkan penyinaran matahari penuh dan tidak ternanungi.
pH tanah yang optimal adalah 5,5 – 7. Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup akan tetapi bila air berlebihan akan merangsang tumbuhnya jamur dan bakteri. Bila kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan airigasi, air tanah dan air hujan.

III.  TEKNIK BUDIDAYA

1.          Penyemaian benih
Penyemaian benih dilakukan dengan tujuan untuk memilih tanaman cabe yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanaman di lapangan.

a.      Penyiapan Media.
Media yang digunakan adalah berstruktur remah mudah menahan air dan cukup nutrisi. Bahan yang digunakan adalah campuran tanah, kompos dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambah nutrisi campurkan NPK yang telah dihaluskan sebanyak 80 gram untuk 3 ember. Bahan dicampur dan dimasukkan kedalam kantong plastic dengan ukuran 8 x 9 cm sampai 90 % penuh.  Buat  lubang pembuangan di bagian bawah plastik agar  air pada plastik yang telah terisi media dapat terbuang.

b.      Pembuatan Bedengan
Kantung plastik disimpan di bedengan dengan tinggi  20 – 50 cm, lebar 80 – 100 cm dengan panjang menyesuaikan dengan jumlah benih yang akan disemai. Arah bedengan diatur membujur utara selatan. Bagian timur setinggi 100 cm dan bagian barat 80 cm dan atap dapat dibuat dengan model setengah lingkaran.

c.       Pemeraman Benih.
Tujuan perendaman adalah untuk  mengecambahkan benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau merang. Media disemprot dengan fungisida dengan dosis 3 gram/liter air.
Benih ditaburkan merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya  benih cabe hibrida yang telah diberikan perlakuan pestisida. Media digulung atau dulipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga kelembaban, media disemprot dengan hand spray setiap pagi dan sore. Setelah 4 – 7 hari benih akan mengeluarkan calon akar (radikula).

d.       Penyemaian.
Dengan bantuan penjepit,  benih yang telah mengeluarkan calon akar ditanam pada media semai yang disiram terlebih dahulu. Setiap pagid dan sore pesemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan air semprotan dicampur dengan pestisida dengan konsentrasi 0,5 gram/liter air

2.         Pengolahan Tanah

Lahan dibajak dan digaru dengan menggunakan hewan ternak atau traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerase tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di dalam tanah.  Buat bedengan dengan lebar  100 – 110 cm dengan ketinggian 50 – 60 cm, lebar parit 50 – 60 cm serta panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengukuran pH tanah sangat penting dilakukan untuk mengetahui tingkat keaaman tanah. Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter atau kertas lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan dengan menggunakan dolomite atau kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton /ha (200 – 400 gram/m2) tergantung pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar.

3.         Pemberian Pupuk Dasar

Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang atau kompos dan NPK. Pupuk kandang yang diperlukan adalah 10 – 20 ton/ha dan pupuk NPK  2 ton / ha (2 kg/10 meter bedengan).



4.         Pemasangan Mulsa.

Manfaat mulsa adalah untuk menekan pertumbuhan gulma, hama/penyakit, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur suhu dan kelembaban tanah serta mencegah pencucian pupuk.
Mulsa yang digunakan adalah Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP).Pemasangan MPHP dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagian atas, setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaika dilakukan pada siang hari atai pada saat cuaca panas.

5.         Penanaman

Jarak tanam yang digunakan adalah 50 x 60 cm atau 60 x 70 cm dengan pola penanaman model segitiga atau zigzag. Pembuatan lubang tanam sedalam 8 – 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa. Pembuatan lubang pada mulsa dapat dilakukan dengan menggunakan kaleng yang dipanaskan dengan diameter 8 -10 cm. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal.
Bibit cabe di pesemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 – 4 daun, siap untuk dipindahkan pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 3 hari menjelang bibit dipindahkan. Platik dirobek dan diusahakan agar media tidak pecah. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau cuaca tidak terlalu panas. Lakukan pemasangan lanjaran/ajir dipasang disamping lubang tanam. Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah agar tanaman tidak rebah.

6.         Pemeliharaan.
a.       Penyulaman
Setelah tanaman berumur 7 – 14 hari, tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan penulaman dengan bibit yang masih ada dipesemaian.
b.      Pengendalian Gulma
Bila terdapat rumput yang tumbuh disekitar tanaman dan pada parit, perlu dilakukan penyiangan dengan tangan atau dengan menggunakan sabit untuk.  Pengendalian gulma pada parit juga dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penyemprotan pestisida pada parit, nozel pada hand sprayer dilengkapi dengan corong agar herbisida tidak mengenai tanaman cabe.
c.       Pengwiwilan
Pengwiwilan adalah pembuangan tunas yang tumbuh pada ketiak daun atau pada cabang utama. Pengwiwilan dimaksudkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetative tanaman.
d.      Pengikatan
Pengikatan dilakukan ketika tanaman berumur 10 – 15 hari setelah tanam dengan cara mengikat tanaman pada ajir dengan menggunakan tali plastik. Pengikatan juga dilakukan pada tanaman berumur 30 - 40 hari dan pada saat tanaman berbuah yaitu 50 – 60 hari.
e.      Pengecoran.
Untuk memacu pertumbuhan dianjurkan untuk melakukan pengecoran pada tanaman berumur 7 - 60  hari setelah tanam dengan menggunakan NPK dengan konsentrasi 7 gram/liter sebanyak 250 cc/tanaman dengan interval 7 hari. Konsentrasi pupuk dinaikkan 2 gram/liter setiap kali pengecoran.
f.        Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan 3 kali. Pemupukan susulan pertama dilakukan pada tanaman  berumur 30 hari dengan menggunakan NPK 150 kg / ha dan urea 40 kg / ha. Pemupukan susulan kedua pada tanaman berumur 40 hari dengan menggunakan NPK 300 kg /ha  dan pemupukan susulan ketiga dilakukan pada tanaman berumur 50 hari setelah tanam dengan menggunakan NPK 350 kg / ha. Pemupukan dilakukan dengan cara menugal disamping tanaman dengan jarak 15 cm dari tanaman.
g.       Pemberian Pupuk Daun
Pada umur 7 – 30 hari setelah tanam dilakukan penyemptotan dengan pupuk daun dengan konsentrasi 2 – 5 gram / liter air dengan interval 7 – 15 hari.
h.      Pengairan
Pemberian air dilakukan setiap 7 – 15 hari atau tergantung pada kondisi lahan dengan cara penggenangan. Usahakan agar air pengairan tidak mencuci lahan yang diairi agar pupuk tidak ikut tercuci.

7.         Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman cabe adalah ulat tanah , kutu kebul, trip, ulat gerayak, lalat buah, aphids hijau/kutu daun, tungau(mite), nematode puru akar
a.       Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat tanah menyerang dengan cara memotong batang tanaman hingga roboh. Bila penyerangan sudah melebihi ambang ekonomi, pemberantasan dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida dengan konsentrasi sesuai dengan anjuran untuk masing-masing produk.
b.      Ulat gerayak (Spodoptera litura)
Ulat gerayak menyerang daun, buah dan tanaman yang masih kecil. Bila penyerangan sudah melebihi ambang ekonomi, pemberantasan dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida dengan konsentrasi sesuai dengan anjuran untuk masing-masing produk.
c.       Lalat Buah (Dacus verugenius)
Gejala awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan bila buah cabe dibelah akan terdapat larva. Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap atau dengan menggunakan insektisida.
d.      Tungau (Hemitarsonemus latus)
Menyerang tanaman cabe hingga daun berwarna kemerahan, menebal akhirnya rontok. Pencegahan dengan menggunakan akarisida.
e.      Trips
Tanaman akan mengering dan rontok. Bila menyerang daun, pada daun akan terdapat bercak kemerahan, mongering dan rontok. Pemberantasan  dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida nabati atau kimiawi.
f.        Nematoda
Nematoda merupakan mikroorganisme yang menyerang akar tanaman. Akibat penyerangan nematode maka transportasi makanan dan air akan terganggu dan tanaman mongering. Pencegahan yang paling efektif adalah dengan menanam bibit cabe yang tahan terhadap nematoda dan melakukan pergiliran tanaman. Bila lahan merupakan derah endemic, pemberian nematisida dapat dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar.
Penyakit yang banyak menyerang tanaman cabe adalah rebah semai (dumping off), layu fusarium, layu bakteri, antraknose (patek), busuk phytophthora, bercak daun cercospora, penyakit virus (CMV)
a.       Penyakit Antraknose
Gejala awal memperlihatkan kulit buah yang mengkilat, selanjutnya akan menimbulkan bercak hitam yang akhirnya meluas kemudian membusuk. Pengendaliannya dengan menggunakan Kocide  77 WP, Promaneb 80 WP
b.      Penyakit Busuk Phytiphthora.
Bagian tanaman yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan lama kelamaan membusuk. Menyerang tanaman bagian batang, daun maupun buah. Pengendaliannya dengan pestisida Kocide 77 WP, Starmyl 25 WP, Victory 80 WP.

IV.   PENUTUP

Dalam budidaya tanaman cabe sebaiknya menggunakan teknik budidaya organik. Teknik ini dilaksanakan dengan mengutamakan bahan-bahan alami, baik pupuk maupun pestisida. Pupuk yang digunakan berupa pupuk alam yaitu pupuk kandang, kompok atau pupuk hijau. Pestisida yang digunakan adalah pestisida nabati yaitu pestisida yang berasal dari tanaman yang dapat digunakan untuk bahan pestisida seperti daun turi, buah terong, buah kentang, daun saliara, akar tuba, daun gamal dan sebagainya. Pestisida nabati dapat dibuat dalam bentuk pasta kering maupun pasta basah yang diaduk dengan air bersih.
Dengan teknik pembudidayaan tanaman cabe secara organik akan diperoleh hasil dengan kualitas yang lebih baik dan hasil produk yang dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan produk yang dihasilkan dengan menggunakan teknik budidaya konvensional/kimia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar