I.
Latar
Belakang.
Kebiasaan
salah yang selama ini dilakukan oleh sebagian petani di Kabupaten Aceh Besar
adalah melakukan pembakaran jerami padi segera setelah perontokan selesai. Hal
ini dilakukan dengan alasan karena jerami hanya akan menjadi sampah dan sarang
hama tikus untuk bersembunyi serta akan mempersulit bila akan dilakukan
pengolahan tanah untuk musim berikutnya.
Kebiasaan
ini hendaknya segera dirubah, karena apabila petani mau memanfaatkan jerami ini
sebagai bahan organik akan sangat
bermanfaat bagi lahan pertanian mereka. Manfaat jerami sangat besar bagi
lahan-lahan persawahan maupun lahan daratan untuk pengembalian kesuburan tanah,
akan tetapi hanya sedikit petani yang tahu akan manfaat tersebut.
Kalau
diperhitungkan secara ekonomis, bila mereka melakukan pembakaran jerami tersebut,
berarti mereka telah kehilangan sebahagian besar modal mereka sendiri. Modal
tersebut berupa hilangnya unsur hara yang berasal dari jerami yang tidak dapat
dimanfaatkan akibat dilakukannya pembakaran.
II.
Analisis
Kandungan Hara Jerami Padi
Dari
setiap hektar lahan padi yang dipanen akan menghasilkan sebanyak 6 s/d 7 ton
gabah kering panen dan menghasilkan 10-15 ton jerami basah. Hasil analisa
jerami dengan menggunakan decomposer M-Dec dan tanpa decomposer (Nuraini, 2009)
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil analisis
kompos jerami dengan (dekomposer) dan tanpa mikroba perombak.
Parameter
|
Menggunakan
dekomposer M-Dec
|
Tanpa dekomposer
|
N-organik
(%)
|
1,51
|
0,91
|
N-NH4 (%)
|
0,05
|
0,06
|
N-NO3 (%)
|
0,08
|
0,06
|
N-total (%)
|
1,64
|
1,03
|
P2O5 (%)
|
0,53
|
0,69
|
K2O (%)
|
2,23
|
1,12
|
C-organik
(%)
|
22,06
|
19,09
|
C/N
|
15
|
21
|
Air (%)
|
10,14
|
9,22
|
Sumber : Blora, 2007.
Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa dari parameter N-organik pada jerami tanpa
decomposer mengandung 0,91 % setara dengan 91 kg N atau setara dengan 100 kg
urea. Jika menggunakan decomposer maka N-organik meningkat menjadi 1,51 %
setara dengan 151 Kg N atau setara dengan 178 kg Urea.
Dari
parameter P2O5
pada jerami tanpa decomposer mengandung 0.69 % setara dengan 69 kg Phosfat atau
setara dengan 96 kg SP-36. Jika menggunakan decomposer maka P2O5 menurun menjadi 0.53 % setara dengan 53 Kg Phosfat atau
setara dengan 74 kg SP-36.
Dari
parameter K2O pada jerami tanpa decomposer mengandung 1.12 % setara
dengan 112 kg Kalium atau setara dengan 93 kg KCl. Jika menggunakan decomposer
maka K2O meningkat
menjadi 2.23 % setara dengan 223 Kg
Kalium atau setara dengan 186 kg KCl.
III. Perbandingan dosis pemupukan di Kecamatan Indrapuri
dengan kandungan hara jerami padi.
Dari
hasil uji PUTS di wilayah Kecamatan Indrapuri pada umumnya dibutuhkan urea 200
Kg/Ha, SP-36 100 kg/Ha, dan KCl 50 kg/ha. Berdasarkan ketersediaan unsur hara
dalam jerami seperti yang telah diuraikan diatas dan perbandingannya dengan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
padi maka dapat diuraikan dalam tabel 2 sebagai
berikut :
Tabel 2.
Perbandingan kebutuhan unsur hara berdasarkan Dosis uji PUTS dengan kandungan
unsur hara pada jerami tanpa dekomposer.
No
|
Parameter
|
Dosis
hasil uji PUTS (Kg/Ha)
|
Jerami
tanpa dekomposer (Kg/ha)
|
Kelebihan
(Kg/Ha)
|
Kekurangan
(Kg/Ha)
|
1
|
Urea
|
200
|
100
|
-
|
100
|
2
|
SP-36
|
100
|
96
|
-
|
4
|
3
|
KCl
|
50
|
93
|
43
|
-
|
Dari
tabel diatas tergambar dengan jelas bahwa bila seluruh jerami dimanfaatkan tanpa
dekomposer diperlukan penambahan urea 100 kg/Ha dan SP-36 4 kg/Ha, sedangkan
KCl tidak diperlukan penambahan karena sudah terpenuhi dari jerami bahkan sudah
berlebih.
Sedangkan bila menggunakan decomposer maka perbandingannya dapat dilihat
dalam tabel 3 berikut.
Tabel 3.
Perbandingan kebutuhan unsur hara berdasarkan Dosis uji PUTS dengan kandungan
unsur hara pada Jerami dengan Dekomposer M.Dec.
No
|
Parameter
|
Dosis
hasil uji PUTS (Kg)
|
Jerami Dekomposer M.Dec (Kg)
|
Kelebihan
(Kg)
|
Kekurangan
(Kg)
|
1
|
Urea
|
200
|
150
|
-
|
50
|
2
|
SP-36
|
100
|
74
|
-
|
26
|
3
|
KCl
|
50
|
186
|
136
|
-
|
Dari
tabel diatas tergambar bahwa pemanfaatan jerami dengan dekomposer M.Dec
maka diperlukan penambahan urea hanya 50
kg/Ha dan SP-36 26 kg/Ha, sedangkan KCl tidak diperlukan penambahan karena
sudah terpenuhi dari jerami bahkan sudah berlebih.
IV. Analisis Ekonomis Jerami Padi.
Kalau
dihitung hasil jerami rata-rata sebanyak 10 ton/Ha dengan harga Rp 100 sama
dengan Rp 1.000.000-,. Jika
jerami dimanfaatkan sebagai kompos dengan menggunakan decomposer M.Dec dan
dikonversi dengan harga pupuk pada saat ini maka didapat nilai tambah dari urea
sebanyak 150 kg x Rp 2.000,- = Rp 300.000,-, SP-36 sebanyak 74 kg x
Rp 3.000,- = Rp 222.000,-,
dan KCl sebanyak 186 kg x Rp 8.000,- =
Rp. 1.488.000,-. Sehingga jumlah kerugian yang dialami bila jerami dibakar
adalah Rp 2.010.000,-.
Selain
dapat menambah unsur hara jerami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Manfaat
jerami sebagai pengganti pupuk kimia, sangat membantu petani dalam menghadapi
masa krisis ekonomi dan ini sangat memungkinkan untuk dilaksanakan.
Pemanfaatan
jerami menjadi pupuk organik (kompos) untuk tanaman padi sawah, sangat membantu
secara ekonomis. Harga pupuk anorganik yang semakin mahal akan semakin sulit
bagi petani untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman.
V.
Cara
pembuatan pupuk kompos dari jerami padi.
Sebelum melakukan pembuatan
kompos jerami ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu :
Tahap I : Pembuatan
Ramuan Bakteri Pengurai.
a. Bahan yang dibutuhkan :
-
Pepaya : 1 Kg
-
Gula Merah : ¼ kg (bisa
juga gula putih)
-
Garam : 3 Sendok makan
-
Air Nira : 200 cc ( kalau ada)
-
Air Bersih : 5 liter
b. Alat yang dibutuhkan
-
Blender / Lesung
-
Jerigen
-
Plastik gula
-
Saringan Santan
-
Baskom
-
Karet Gelang
c. Cara Pembuatan bakteri Pengurai :
- Pepaya
yang sudah masak dikupas dan di potong-potong seperti dadu, setelah itu di
blender atau di tumbuk di lesung sampai lumat betul.
- Kemudian
gula dan garam dilarutkan lalu
dicampurkan ke adonan pepaya.
- Setelah
itu ditambahakan nira lalu diaduk sampai rata kemudian masukan ke jerigen dan
di tutup dengan plastik dengan
posisi memanjang dan mengempis.
- Keesokan
paginya harus kita lihat apabila plastik penutup menggelembung berarti proses
berjalan baik dan segera kita lakukan pengocokan kemudian ditutup kembali
seperti semula, pengocokan dilakukan setiap pagi hari. Setelah 4 hari bakteri tersebut sudah jadi yang ditandai dengan plastik penutup tidak menggelembung
lagi.
Tahap II : Pembuatan
kompos jerami padi :
1. Kumpulkan
jerami sebanyak 1 ton yang akan di buat kompos
2. Setelah
itu buat campuran air dan bakteri pengurai dengan perbandingan air 14
liter + bakteri
pengurai 1 liter.
3. Kemudian
disemprotkan / disiramkan secara merata di jerami setelah itu ditutup dengan
plastik dan dibiarkan selama 4 hari.
4. Setelah
hari ke 4 jerami di balik dan ulangi penyemprotan dengan ramuan tadi.
5. Setelah
7 hari jerami dibalik kembali dan disemprot dengan ramuan pengurai dan
dibiarkan sampai ada tanda-tanda jadi kompos.
6. Kompos
sudah jadi dengan warna cokelat kehitaman dan siap untuk dipergunakan.
VI.
Penutup
Jerami dapat
dimanfaatkan sebagai kompos dalam upaya peningkatan kadar hara tanah dan
memperbaiki struktur tanah. Mengingat
manfaat tersebut diatas jerami tidak
boleh dibakar, akan tetapi dikembalikan kelahan pertanian baik dalam bentuk
jerami segar maupun setelah melalui
proses pengomposan.
Pembakaran
jerami oleh petani di Kecamatan Indrapuri sudah menjadi kebiasaan. Untuk
mengurangi kebiasaan yang keliru ini diperlukan dukungan dari berbagai pihak
terkait terutama dari pemerintah desa dan kecamatan setempat.
Daftar
Pustaka
http://kalbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=116:kompos&catid=13:info-aktual&Itemid=93
Tidak ada komentar:
Posting Komentar